Sunday, September 11, 2016

Emansipasi itu.....??

Hay...sudah lama sepertinya saya tidak menulis, rasanya kesibukan selalu menghipnotis untuk lupa menulis.
Hmmm bahasan kali ini terinspirasi dari sebuah diskusi saya dengan teman. Mohon maaf kali ini saya belum bisa mengeluarkan dalil-dalil kuat tentang bahasan yang terkait, karena ilmu agama saya belum mumpuni. Namun kali ini saya akan menjelaskan dari pengalaman saya atas pengamatan terhadap ibu saya, kenapa ibu saya? Ya apa yang bisa saya tunjukkan dari ilmu saya yang terbatas selain menceritakan hal-hal yang sudah saya jalani/lihat/rasakan, dan ibu saya adalah orang yang sangat berpengaruh pada hidup saya. Agak sesi curcol sih, tapi saya akan buat seenak mungkin bahasannya.
Bicara tentang emansipasi mungkin penjabaran dan pemahaman setiap orang akan berbeda-beda, tapi saya tidak akan memihak ke cara pandang manapun kecuali yang ibu saya telah contoh kan.
Ibu saya bukanlah lulusan dari universitas manapun, dia juga tidak pernah mengikuti seminar tentang kewanitaan dan bahasan lainnya soal rumah tangga, namun caranya yang bijak/ketangguhan/kemandirian/kesabarannya menjadi contoh untuk saya. Dia juga bukan berasal dari keluarga yang taraf ekonominya level atas, dan dia juga bukan pekerja dari kantor manapun, dia hanya ibu rumah tangga. Tapi apakah dengan menjadi ibu rumah tangga biasanya pemahaman soal apa itu "pekerjaan" dan apa itu "karir" membuatnya berpikiran bahwa "perempuan hanya mengurus urusan dapur dan tak perlu mengenyam ilmu yang tinggi" ? Tidak, dia mengurus anak-anak dan suaminya dengan baik dan bersikap adil terhadap keluarga-keluarganya, tapi dia tidak menanamkan jiwa yang lemah kepada saya. Saya didik dikeluarga yang keras, orang bilang mungkin saya selebor, tapi tahukah bahwa ibu saya telah menanamkan beberapa gaya/pemahaman hidup yang luar biasa. Dia mengajarkan saya agar menjadi wanita yang mandiri, kuat (tidak cengeng atau manja), dan selalu ingat kodrat, serta mengingatkan saya bahwa melanjutkan pendidikan itu adalah hal yang baik. Oh ya bicara soal ingat kondrat mungkin akan panjang ya kalau dijelaskan, tapi sejak kecil saya tidak dibuat untuk menjadi "boneka orang tua" saya, saya melakukan banyak hal yang saya suka termasuk menjadi diri saya, saya tomboy tapi saya dididik untuk mengenal apa itu agama, sabun cuci, apa itu ulekan, apa itu panci/wajan, apa itu kain pel/sapu, dan apa itu merawat diri.
Nah kembali ke pokok pembicaraan tentang emansipasi, apa sih yang dilakukan oleh ibu saya? Saya ceritakan lagi bahwa ibu saya tidak bekerja diperusahaan manapun, dia ibu rumah tangga, tapi apakah ibu saya sepenuhnya hanya mengandalkan uang dari ayah saya? Tidak.  Salah satu teman saya pernah bilang bahwa "arti bekerja itu luas tidak melulu bekerja harus dikantoran/perusahaan" ya mungkin seperti itu yang dilakukan ibu saya. Sepanjang perjalanan hidup saya, saya telah menyaksikan banyak sekali hal yang telah dicontohkan oleh ibu saya, ibu saya terkadang tetap membantu keuangan keluarga dengan dia berdagang atau banyak hal(tetap positif dan halal) namun dia juga tidak meninggalkan kewajibannya sebagai ibu dan istri.
Ibu saya juga mencontohkan untuk tidak terlalu banyak menuntut kesempurnaan harta kepada ayah saya, jika ingin mendapatkan/membeli sesuatu yang ayah tidak bisa membelikannya maka ibu saya berusaha untuk mencari uang untuk itu (tetap izin dengan  ayah saya), dan dia tetap ada waktu untuk anak-anak dan suaminya. Intinya seolah ibu saya memberikan pengertian seperti ini "emansipasi bukanlah membuat wanita lupa akan kondrat dan kewajibannya, tapi emansipasi membuat wanita mampu berpikir kreatif dan mandiri".
Sebenarnya banyak hal yang dia contohkan, tapi akan sangat panjang jika diceritakan dan rasanya kalau diceritakan semua akan tidak fokus dengan pembicaraan saya kali ini, lain waktu saya akan menceritakan khusus untuk itu. Jika hal-hal yang saya jelaskan kali ini bertolak belakang untuk kalian maka saya mohon maaf yang sebesar-besarnya, dan saya akan hargai sebuah perbedaan. Sekian. Terimakasih telah membaca :)

0

Friday, March 25, 2016

Cara order barang di jaknote dengan pick up

Hayyy para pembaca sekalian, mungkin agak telat post ya. Kali ini saya akan mereview tentang pembelian barang dijaknote dengan cara pick up. Kenapa sih saya pakai cara pick up? Kenapa tidak dikirim lewat JNE saja? Nah berikut saya ceritakan kenapa saya memilih pick up.

Kebetulan saya dan keluarga ngontrak ditengah-tengah kebun, dan dalam satu rumah dibuat untuk 2 keluarga, jadi saya dan tetangga saya bisa dibilang satu atap namun beda pintu. Walaupun saya tinggal dilantai paling bawah, tetapi saya takut nomor rumah untuk penerimaan barang via kurir akan salah alamat, plus rumah saya letaknya agak kedalam kebun. Jadi jelas kan kenapa? Yup intinya takut rimah saya sulit dijangkau oleh kurir pengiriman paket.

Eh sebentar udah pada tahu kan apa itu jaknote(jakartanotebook)? Itu tuh toko yang lumayan terkenal soal harganya...kebetulan toko tersebut sudah lama hadir dengan website yang mensuport promosi/penjualan barangnya. Soal mirip atau tidaknya dengan toko-toko elektronik yang lainnya saya masih belum berani menjabarkan(takut salah) :).

Sebelumnya saya tahu soal jaknote ity dari rekan kerja saya di kantor yang terdahulu. Lalu saat saya ingin memesan barang yang bisa dipesan lewat online tetapi diambilnya di toko jaknote nya langsung. Kenapa tidak memesan ditokonya? Karena....kalau pesan ditokonya harus nunggu antrian komputer dan untuk pengambilannya harus mengantri dulu, jadiii....jauh lebih lama prosesnya. Tapi bagi yang ingin memesan/memilih barang langsung ditokonya bisa juga kok, karena aplikasinya sama-sama menggunakan website kok. Dan enggak usah khawatir soal mbak/mas yang melayani, mereka baik dan ramah-ramah kok, cuma kalau mau dilayani cepat-cepat karena orang yang mereka tangani tuh banyak.

Ok balik lg ke metode pick up, gimana sig caranya?
Gampang kok, cukup pilih barang yang ingin dibeli, lalu setelah dirasa cukup memilih barangnya kita memilih metode pick up yang ada di pilihan terakhir, namun disini kita harus memperhatikan kira-kira kita ingin pick up nya di toko daerah mana, karena jaknote banyak tersebar di kota-kota lain selain jakarta, dan kalau proses pick up berhasil maka kita tinggal pilih metode pembayarannya, kebetulan saya memilih pembayaran dengan transfer via bank BCA, setelah itu maka jaknote akan memberitahukan berapa total yang harus kita transfer dan ke rekening kita akan transfer, pemberitahuan ini juga akan dikirimkan ke email kita. Setelah itu segera saya transfer sesuai dengan pemberitahuan dari jaknote, kebetulan saya transfer minggu pagi dan minggu sore jaknote sudah konfirmasi ke email saya, di email tersebut saya diberikan kode pick up yang harus saya print dan diberikan ke toko jaknote yang dituju.

Keesokan harinya saya segera ke toko jaknote yang ada diruko central park. Disana saya hanya tinggal menyerahkan hasil print dari konfirmasi pembayaran ke mas-mas yang ada disamping kasir, untuk mendapatkan barangnya tidak lama kok. Dan kalau mau tes barang yang kita beli bisa ke lantai atas, dan jangan lupa ambil nomor antrian.

Intinya pick up enggak sulit dan memudahkan kok...
Segitu aja reviewnya, makasih jaknote..barangnya memuaskan kok.

0